APRESIASI SASTRA
“CANDI LOR SAKSI BISU KEJAYAAN MPU SINDOK”

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah apresiasi sastra




Kelas4F

Kelompok 5
Anggota :
1.      Rio Marhasan                    ( 13.1.01.10.0230)
2.      Rahma Nur Maulina          ( 13.1.01.10.0232)
3.      Aimatus Sholikhah            (13.1.01.10.0258)
4.      Sunarsih                            (13.1.01.10.0262)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN AJARAN 2016/2017


CANDI LOR SAKSI BISU KEJAYAAN MPU SINDOK

Orang tak banyak tahu jika di akhir kerajaan Mataram Hindu, yakni zaman Mpu Sindok kerajaan yang awalnya di Jawa Tengah pindah ke Jawa Timur. Kerajaan pindah akibat serangan hebat dari kerajaan Sriwijaya sehingga Mpu Sindok melarikan diri ke Jawa Timur. Bukti peninggalan Mpu Sindok hingga sekarang masih bisa kita lihat, meski dalam kondisi rusak berat namun masih bisa dibuktikan keberadaannya yakni berupa bangunan candi yang lebih dikenal dengan Candi Lor.

Candi Lor merupakan bangunan candi yang diyakini sebagai monumen cikal bakal berdirinya kabupaten Nganjuk. Mengapa diyakini sebagai cikal bakal, sebab hari jadi kota Nganjuk bertepatan dengan berdirinya Candi Lor. Dibuktikan dengan bukti tertulis yang ditemukan di kompleks candi ini, dapat diketahui bahwa Candi Lor  didirikan oleh Mpu Sindok pada tahun 859  saka atau 937 M, sebagai tugu peringatan kemenangan  Mpu Sindok atas musuhnya dari Melayu (kerajaan Sriwijaya). Candi Lor ini terletak di desa Candirejo kecamatan Loceret kabupaten  Nganjuk. Candi ini berdiri atas tanah seluas 42 x 39,4 meter 91654 meter persegi, luas alas 12,4 x 11,5 meter (142,6 meter persegi) dan tinggi candi lebih kurang 9,3 meter. Candi ini dibangun menggunakan bahan baku batu bata merah yang disusun tanpa perekat. Batu bata yang disusun tinggi tanpa perekat yang usianya melebihi 10 abad masih tetap bias kita lihat hingga sekarang. Hal ini menjadi perhatian khusus pengunjung. Padahal jika dibandingkan dengan kekuatan bangunan saat ini, yang keduanya sama – sama terbuat dari batu bata namun tidak seawet bangunan candi Jayamerta. Jika kita amati beberapa batu batu ini bahkan masih ada yang utuh. Memang terlihat tidak masuk akal tapi sejauh ini belum ada peneliti yang menemukan sebab mengapa ada batu bata yang seawet bahan penyusun candi.



Candi Lor (Jayamerta)

Sebenarnya nama asli Candi Lor adalah Candi Jayamerta. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Riadi salah satu juru kuncinya. Nama Candi Lor merupakan istilah penyebutan yang digunakan oleh masyarakat sekitar, karena saat itu di Nganjuk terdapat dua candi, yakni Candi Ngetos (sebelah selatan Nganjuk) dan Candi Jayamerta (sebelah utara).

Candi Jayamerta merupakan salah satu peninggalan dinasti Isyana yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Mataram Kuno. Sebelum Mpu Sindok mendirikan kerajaan di Jawa Timur, Mpu sindok merupakan patih dari kerajaan Mataram Kuno. Sebelumnya, kerajaan Mataram Kuno berpusat di Jawa Tengah, namun karena serangan dari kerajaan Sriwijaya yang membuat Mpu Sindok melarikan diri ke Jawa Timur dan menghimpun kekuatan baru dengan mendirikan kerajaan Medang Kamulan. Kata medang merupakan nama lain dari Mataram sedangkan Kamulan berasal dari kata mula yang artinya yang awalnya. Sampai pada akhirnya terjadi pertempuran hebat antara kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan Medang Kamulan yang dipimpin Mpu Sindok dengan bantuan masyarakat Anjuk (Nganjuk). Peperangan ini dimenangkan oleh pasukan Mpu Sindok.

Sebagai ucapan terimakasih Mpu Sindok, raja Mataram Hindu yang bergelar Sri Maharaja Sri Isyana Wikrama Dharmattunggadewa memerintahkan Rakai Hindu Sahasra, Rakai Baliswara, serta Rakai Kanuruhan pada tahun 937 untuk membangun bangunan suci bernama Srijayamerta (Candi Jayamerta)  sebagai pertanda penetapan kawasan Anjuk Ladang sebagai kawasan swatantra atas jasa warga Anjuk Ladang dalam peperangan, seperti tersurat dalam kalimat “Sawah kakaitan I Anjuk Ladang tutugani tanda Swatantra”. Selain membangun Candi Jayamerta, Mpu Sindok juga berjasa kepada masyarakat sekitar yang pada masa itu terbelit pajak. Mpu Sindok kemudian mampu membebaskan rakyat Anjuk Ladang dari pemaksaan pembayaran pajak.

Candi Jayamerta menjadi jejak sejarah dari prasasti Anjuk Ladang yang di dalamnya terkandung cerita Mpu Sindok. Candi tersebut sebagai pertanda penetapan kawasan Anjuk Ladang.Sehinggapada tanggal 10 April 937 M, diperingati sebagai hari jadi kota Nganjuk.

Di lingkungan candi tersebut terdapat dua makam abdi dalem Mpu Sindok yang bernama Eyang Karto dan Eyang Kerti yang berada di sebelah barat candi.
Makam Eyang Kerto
Makam Eyang Kerti

Dalam candi ini juga terdapat beberapa area diantaranya Ganesha dan Nandi. Meskipun keadaannya sudah rusak. Di sebelah barat candi terdapat dua arca yang semuanya sudah tanpa kepala, yang satu diperkirakan arca Ganesha dan yang lain Siwa Mahadewa ( hilang tahun 2010 ). Di sebelah barat arca terdapat Lingga dan Yoni, yang keadaannya telah rusak (Yoni telah pecah dan Lingga tinggal sebagian). Jika benar bahwa benda-benda tersebut asli dari Candi Jayamerta, maka dapat disimpulkan bahwa Candi Jayamerta adalah candi bercorakkan agama Hindu. Walaupun Candi Jayamerta keadaannya telah rusak, namun ditempat inilah terdapat salah satu bukti bahwa Nganjuk pernah berperan dalam panggung sejarah nasional.

Arca Ganesha (kepala rusak)
Arca Lingga (yang berarti kesuburan)

Oleh masyarakat Candi Jayamerta juga sering disebut dengan Candi Boto (candi batu bata) karena terlihat seperti susunan-susunan batu bata merah. Candi Jayamerta ini terletak di tengah-tengah persawahan warga. Bukti peninggalan di masa lampau ini memang terlihat sangat tua. Secara riil, candi yang menghadap ke barat ini wujudnya sudah tidak berbentuk lagi (sangat rusak). Mengingat candi yang sudah berusia 1000 tahun lebih.Apalagi bahan bangunan yang terbuat dari batu merah dan tumbuhnya pohon kepuh di badan candi yang akar-akarnya mencengkram dan menghujam kesegala arah di badan candi sebelah selatan. Dengan kondisi yang sudah rusak seperti saat ini, juru kunci memaparkan bahwa pemerintah maupun masyarakat setempat tidak berani untuk memperbaiki seperti awal mulanya candi ini didirikan. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak mengetahui bentuk asli dari candi tersebut. Sehingga mereka tidak bisa memperbaikinya atau merenovasinya melainkan hanya merawat dan menjaga keaslian candi.
Menurut penuturan juru kunci ( Pak Heri), pohon kepuh yang tumbuh di badan candi diperkirakan umurnya lebih kurang 500 tahun. Pohon ini tumbuh setelah candi dibangun. Tinggi pohon kepuh tua yang tumbuh condong itu sekitar 30 meter dengan kemiringan sekitar 60 derajat dan diameternya mencapai empat meter. Kendati tampak masih kokoh, namun masyarakat sekitar tidak berani mencoba naik dan mengambil dahan maupun rantingnya. Sebab masyarakat sekitar kawatir akan terjadi bencana yang menimpa diri dan keluarga mereka. Beberapa orang mempersepsikan pohon kepuh berbentuk layaknya naga atau ular besar. Sehingga ada saja orang yang memuja bahkan meminta kekuatan pada pohon tersebut. Ada pula yang mengatakan,  ketika malam hari jika seseorang melewati pohon tersebut maka akan meraskan hal-hal aneh seperti diikuti makluk kasat mata yang membuat merinding bagi siapapun yang berada di area pohon. Pohon kepuh yang tua ini juga dikatakan sebagai pohon yang sangat kuat padahal akarnya berada di atas tumpukan-tumpukan batu bata. Meskipun sering diterpa angin yang begitu kencang tidak akan membuat pohon ini tumbang, bahkan juru kunci dan warga disekitar candi mengatakan angin akan menghindar dengan sendirinya dari pohon ini.Angin seakan berbelok arah dengan melewati area lain. Kondisi ini yang membuat masyarakat sekitar tercengang. Percaya tidak percaya kemistisan dalam candi ini tetap ada meskipunada yang belum mempercayainya.

Peneliti Belanda, N.J Krom berpendapat, bahwa Candi Jayamerta itu awalnya bertingkat, dan bersifat siwais. Siwais merupakan candi yang bercorakan agama Hindu. Jika kita naik ke atas candi, dapatlah diperkirakan candi ini dahulunya mempunyai ruang dalam yang berbentuk


segi empat. Hal ini terlihat adanya sudut siku-siku yang masih tampak di sudut timur laut ruang dalam candi ini.

Juru  kunci menuturkan candi masih sering digunakan saat acara ritual adat setempatseperti, acara bersih desadan pemberian sesajen saat hajatan. Masyarakat masih meyakini jika memakmurkan dengan memberikan sesaji dan berdoa diarea candi maka akan diberikan kemakmuran dan keselamatan bagi yang memakmurkan. Jika diamati, di area candi terdapat arca Lingga. Lingga memiliki arti kesuburan. Sehingga tak heran jika sampai saat ini masih banyak orang memberikan sesaji di area candi dengan harapan diberikan keselamatan, kemakmuran, dan kelancaran atas semua hajatnya. Selain itu, candi Jayamerta yang merupakan bangunan suci umat Hindu juga masih digunakan untuk  ritual keagamaan Hindu. Selain itu, pada hari-hari tertentu seperti bulan Suro, candi peninggalan Mpu Sindok akan penuh dengan tamu yang berasal dari beberapa daerah, diantaranya Solo, Yogyakarta, dan Bali mengadakan ritual keagamaan. Selain orang yang berkeagamaan Hindu, orang Islam pun banyak yang melakukan kunjungan religi di candi ini. Tujuan kunjungan religi ini tidak lain untuk memanjatkan doa kepada leluhur  yang berjasa atas berdirinya Candi Jayamerta. Di dalam area candi hanya terdapat dua makam  yang diduga persemayaman abdi kinasih Eyang Kerto dan Eyang Karti. Sedangkan makam Mpu Sindok yang merupakan pendiri candi Jayamerta tidak diketahui keberadaannya.


Menurut beberapa sumber di internet, kendati tampak tak terawat, bukan berarti pemerintah kabupaten Nganjuk tidak berusaha untuk melindunginya. Pemerintah ingin membuat bukti sejarah tersebut terlihat lebih alami dan akan terus dipertahankan keasliannya. Sebab, Candi Jayamerta mempunyai daya tarik tersendiri. Misalnya, Candi Jayamerta adalah cikal bakal lahirnya kota Nganjuk. Selain itu, di sisi candi terdapat dua makam abdi kinasih atau penunggu candi, yakni Eyang Kerto dan Eyang Kerti. Konon, kedua abdi itu dipercaya Mpu Sindok untuk menjaga Candi Jayamerta.

Berbanding terbalik dengan penuturan juru kunci, membiarkan keaslian candi belum cukup memilki daya tarik wisatawan. Terlihat bahwa wahana situs bersejarah tampak sepi pengunjung. Candi Jayamerta memerlukan banyak perbaikan dari segi fisik,  perluasan lahan dan penambahan fasilitas karena Candi Jayamerta merupakan situs yang  memiliki history sekaligus cikal bakal berdirinya kabupaten Nganjuk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tembang Pocung Sing Mujudake Cangkriman

RPP KELAS 1 TEMA 7 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1

Jenis- Jenis Majas & Sarana Retorika